Saya salut dengan adanya orang-orang yang masih cinta pada perdamaian dan pluralisme seperti Mas Akbar, Nyai Nabila dkk, karena pada hakekatnya ISLAM itu perdamaian bukan penghancuran, ISLAM itu rahmat bukan Dzolim, Tuan-tuan semua yang ada pada dialog ini saya dengan tulus menyampaikan rasa haru dan salut saya atas praktek pluralis yang damai seperti ini. NU dan Muhammadiyah tetaplah menjadi NU dan Muhammadiyah yang sejati dan jika lebih disempurnakan menjadi lebih NU dan lebih Muhammadiyah lagi 1000 kali lebih baik dari sebelumnya. Selebihnya kita doakan untuk saudara Islam kita yang praktek amaliyahnya belum nampak Islami, semoga ulah mereka yang mengatasnamakan Islam namun tdk sesuai mendapat maghfiroh Allah Ta'ala sehingga hal ini tidak mengurangi citra Islam yang penuh perdamaian.......Salam Damai..Id Mubarak, minal aidzin wal faidzin.
Video bisa dilihat pada lampiran link.
Ini komentar saya terhadap status Gus Mohammad Akbar pada FBnya sebagai berikut:
GUS Dur telah wafat, tetapi bersyukurlah bangsa ini karena spirit dan keteladanannya untuk melindungi kebebasan beragama terus hidup dan menyala di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Itulah yang selalu ditunjukkan Pengurus Besar NU selama ini dan itulah pula yang lagi-lagi diperlihatkan PBNU sekarang ini dalam menanggapi u...paya pembunuhan terhadap dua jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pondok Timur Indah, Bekasi.
Organisasi keagamaan dengan jutaan pengikut itu siap menerjunkan pasukan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk melindungi jemaat HKBP menjalankan ibadah keagamaan mereka. Demikian kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirajd.
Komitmen dan konsistensi NU itu membesarkan hati bahwa pluralisme belum mati di negeri ini. Sikap NU itu memberi contoh di level horizontal, bahwa masih ada organisasi keagamaan dari pemeluk mayoritas yang peduli dan berani mengambil langkah untuk melindungi pemeluk yang minoritas.
Pernyataan itu sekaligus hendak menggarisbawahi sisi sebaliknya, yaitu negara absen dalam soal kebebasan beragama. Negara telah gagal menjaga kebebasan beribadah. Absen dan gagal adalah dua predikat yang paling buruk yang harus diberikan kepada negara.
Kepala negara dan kepala pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya memberi tanggapan terhadap upaya pembunuhan di gereja HKBP Bekasi itu. Tanggapan yang terlambat, bahkan salah alamat. Mengapa?
Dua-tiga tahun terakhir ini adalah periode paling buruk dalam soal kebebasan beragama. Inilah tahun-tahun kekerasan terhadap kebebasan beragama terjadi berulang-ulang, seperti yang dialami warga Ahmadiyah dan HKBP di Bekasi. Tingkat kekerasan itu bukan lagi sekadar perkara kriminal biasa, seperti selalu disebutkan pemerintah, melainkan telah sampai pada kejahatan yang melanggar hak asasi, kejahatan yang melawan dan menodai hak konstitusional warga.
Kebebasan beragama di negeri ini jelas merupakan hak konstitusional warga. Tetapi celaka sembilan belas, negara membiarkan penghancuran hak konstitusional warga itu terjadi di depan hidungnya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila tokoh-tokoh lintas agama sepakat menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah gagal menjamin kerukunan antarumat beragama. Penilaian itu menyusul pidato Presiden yang menyatakan semua pihak seharusnya senantiasa menjaga kerukunan dan hubungan baik di antara umat beragama. Presiden menyampaikannya ke alamat warga. Bukan ke alam dirinya. Padahal, menurut konstitusi, negaralah yang wajib melindungi warga. "Jangan dibalik. Jangan presiden yang minta ke rakyat. Rakyat yang minta ke presiden," kata Ketua Presidium Inter-religious Council (IRC) Indonesia, yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Negara absen, presiden gagal, tetapi anak bangsa ini masih boleh optimistis karena kita masih punya NU di bawah kepemimpinan Said Aqil Siradj dan Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Din Syamsuddin yang mencintai pluralisme, yang respek pada perbedaan.
Ketika negara bobrok, kita masih punya harapan di bahu civil society. Jangan-jangan, tanpa pemerintah, malah menjadi lebih baik. Label: Tanggapan
|